Selasa, 25 September 2012

COBA ENTRI

Maka jika penafsiran-penafsiran klasik itu dikatakan sebagai sesuatu yang belum final dan tentu saja tidak muthlak benar, maka demikian juga tafsir-tafsir kontemporer. Jadi, slogan “tidak muthlak benar” jangan digunakan hanya untuk menghujat orang lain saja. Diantara masing-masing semestinya tak boleh ada yang mengklaim “paling benar”. Maka dalam posisi ini, jika seseorang lebih suka pada yang klasik, itu sah-sah saja, jangan dianggap profan.

      Menanggapi komentar bebarapa tokoh yang mengatakan bahwa kita memang tak bisa menggapai kebenaran yang sesungguhnya, dan yang bisa kita lakukan adalah usaha terus-menerus untuk mengapainya. Iya, tapi bukankah ada kaidah-kaidah yang bisa dipakai untuk meniti kebenaran untuk paling tidak kita mendekatinya. Tapi bagaimana mungkin, karena kita juga selalu berangkat dari epistemologi yang berbeda. Lantas, mana yang lebih dekat dengan kebenaran? Benarkah semuanya akan selalu berujung pada perbedaan?

           27 Juli 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar